Keluarga dan Lingkungan Islami
JOGYAKARTA --Penataan manajemen masjid, harus terlebih dulu menyentuh profil
jamaahnya. Hal ini, guna mengetahui siapa saja dan bagaimana kondisi kehidupan
mereka untuk kemudian dibuat peta dakwah, dan ditetapkan visi, misi, serta
rencana skenario ke depannya.
"Melalui
peta dakwah itu, 'data base' kita tentang penduduk Jogokariyan jauh lebih
lengkap dari data yang dimiliki kelurahan. Ini karena kita melakukan sensus
masjid dua kali dalam setahun supaya kita tahu betul kondisi jamaah kita,"
kata Ketua Dewan Suro Takmir Masjid Jogokariyan HM Jazir ASP di Yogyakarta,
Jumat (14/10).
Dari
hasil studi pengurus terhadap semua hal yang terkait dengan kondisi masyarakat
Muslim sekitar masjid yang telah berdiri sejak 1966 itulah, lalu ditetapkanlah
visi 'Menuju Jogokariyan Kampung Islami'. Termasuk, rencana strategis dan
program-program kerja.
"Jadi
semua harus diprogram dengan baik dan dibuatkan 'strategic planning'( rencana
strategis)-nya seperti apa. Selama ini, takmir masjid belum membuat rencana
strategis melainkan cuma program ," katanya.
Menurut
Jazir, para pengurus masjid harus menyusun rencana strategisnya terlebih dulu
karena visi dan misi sudah ditetapkan sebelum melangkah pada program-program
kerja yang dijabarkan dalam rencana aksi. "Jadi ada tahapan-tahapan untuk
mencapai visi kita itu," katanya.
Dalam
perkembangannya, Masjid Jogokariyan yang berdiri di tengah perkampungan
berpenduduk 907 kepala keluarga atau 2.973 jiwa sejak setengah abad lalu itu
kini berhasil mandiri secara finansial serta memberi manfaat ekonomi, sosial
dan budaya yang nyata kepada masyarakat.
Kepala
Desa Talawi Mudik Erizon mengatakan, pemaparan Ketua Dewan Suro Takmir Masjid
Jogokariyan HM Jazir ASP tentang manajemen masjid yang terbukti mampu
memberdayakan masyarakat sekitar menginsiprasinya untuk melakukan hal sama di
masjid dan surau di desanya.
Sumber: republika.co.id
Comments
Post a Comment